Jumat, 08 Mei 2015

Sekuens

Kepada sepasang bibir penyumbat senyum, meluruhkan segalanya tanpa kata-kata

dengan sisa-sisa hangat dari sebidang dada
debar ikuti ritme langkah
sendat-sendat nafas menderu
hingga berpasrah pada pelukan
peleburan rindu semakin memuncak
lihai jemari yang datang sederhana
menggeliat di epidermis
sepersekian detik abu-abu
impian kemarau meremang
lembab membubuh alir hujan
wajah selintas jauh
dan kau menggantung
pun ku tak dapat bernyanyi lagi

Sebab

pada gubuk mewah perempuan yang tak lagi muda kita pernah bercerita,
sebuah percakapan kita seduh bersama pekat kopi di teras rindu yang telah mereguk pertemuan
Kita tak perlu ingkar pada pahit kehidupan
seperti filosofi secangkir kopi
tak ada hitam yang selamanya bersembunyi
sebelum habis uap secangkir kopi, biar kudekapkan hangat pada gigil pedihmu lebih dulu setelah kepergiannya " Ayah "
Di jalanan yang sampai entah engkau harus lalui
akan selalu ada yang mengiringimu, dengan atau tanpa gandeng tangannya lagi
Aku tahu kau ingin pelukannya, yang mampu meredakan ramai di kepalamu dan debar tak karuan di dada
Untuk benar-benar mencintai, kau tak perlu menyimpan nyeri keluh
Cukup ketulusan yang lapang
Sebab, kenangan kan selalu tetap hidup
Semoga kesehatan selalu alir pada setiap nadi kita.

Selasa, 24 Maret 2015

Kau Hanya Korban

Yah perempuan itu mengajakku bertemu dengannya di salah satu tempat minum es teler, sebenarnya saya menolak untuk bertemu dengannya, tapi biarlah.

Akupun lebih dulu datang ke tempat jnjian kami. Setelah beberapa menit menunggu di depan pintu masuk, perempuan itu datang, Dia turun dari motor maticnya dan segera mendatangiku, dengan langkahnya yang anggun, wajahnya cantik dipoles make up dengan lekuk alis coklat yang indah, sedikit lipstik warna merah muda, rambutnya terurai lurus dan sedikit  berponi. Dia mengenakan baju berkain sifon warna hijau, dengan celana jeans hitam, sepatu yang dia kenakan sepertinya sepatu mahal, begitupun tasnya. Aku tahu itu, karena aku sering melihatnya di toko-toko ternama. Ahh, aku memang berbeda dengan perempuan itu, penampilannya menarik dan terlihat modis.

" Berani juga kamu datang ? " katanya ketika melihatku

" Kan kamu yang minta " jawabku dengan santai

Dia pun mengajaknya duduk, mengambil tempat di pojok, kami duduk
berhadapan.

 " Aku ingin bicara penting !! " matanya melotot memandangku

" Iya Aku sudah tahu kok, tentang kekasihmu ?? "

" Kamu suka dengan dia ? "

" Ahh biasa aja, kami hanya berteman " jawabku santai

" Jujur saja, Aku sudah tahu semuanya "

" Kamu salah, ya kamu salah paham " kataku dengan mimik menegaskan

" Sudahlah, aku sudah tau semuanya, jangan pura-pura lagi! Apa kamu tidak mampu cari yang lain sampai kamu harus menggoda kekasih orang ”

" Maaf yah, sekali lagi Aku katakan Anda salah, saya tidak pernah menggoda kekasihmu "

Pelayan pun datang membawakan kami minuman yang Aku pesan tadi, obrolan kami terputus sejenak. Aku pun menyendok es teler gula merah yang sangat dingin itu.

" Hei cewek penggoda "

begitu katanya, Aku pun kaget, perempuan modis ini yang Aku kira berpendidikan tinggi ternyata mengucapkan kata seperti itu yang tidak sebanding dengan penampilannya. Aku tersenyum.

" sekasar itukah ? " kataku sambil mengaduk2 minumanku

Aku tau dia sangat marah, kemarahannya memang wajar, karena dia mengira akulah yang menggoda kekasihnya.

" Apa tidak ada lagi cowok di dunia ini sampai kau menggodanya yang jelas-jelas Kamu tahu dia kekasihku " perempuan itu marah terlihat dari pipinya yang memerah dan tatapan tajamnya

" sepertinya Anda cari tahu dulu kekasihmu, apakah dia benar-benar mencintai Anda, saya tidak pernah menggoda kekasihmu, justru kekasihmulah yang menggodaku, tapi maaf saya tidak pernah sedikitpun termakan oleh rayuan kekasih Anda "

perempuan itu sepertinya semakin marah padaku, aku mendengar gerutuk-gerutuk giginya menahan marah padaku, senyumnya pun tak terlihat sedikitpun…. Aku lanjutkan menikmati minuman dinginku hinggu habis.

" kenapa cuman Aku yang Kamu temui ? bisa saja kekasihmu menggoda perempuan-perempuan lain di luar sana, apalagi Ia itu cukup tampan dan berkecukupan, Ia bisa memakai uangnya untuk untuk merayu perempuan lain, termasuk Anda "

setelah Aku bicara, perempuan itu terdiam.

" kekasihmulah yang mulai menghubungiku dengan seribu rayuannya, tapi Aku selalu mengingatkannya bahwa Andalah kekasihnya, tapi Ia tak pernah menganggap Anda , kalau Ia serius Ia tak mungkin berkata seperti itu kepadaku, jadi jangan terlalu cepat menuduh orang dan jangan mudah terpengaruh dengan orang seperti kekasihmu "

“Kekasihmu yang merayuku, bukan aku yang menggoda!”

lalu Akupun pergi meninggalkan perempuan itu sendirian, bersama gelas kosong bekas minumanku.


Rabu, 18 Maret 2015

Tempat Terindah

Seperti senja yang selalu Aku ceritakan...
kali ini entah mengapa saya ingin menuliskan tentang rumah, apalgi saat senja seperti ini.

Rasanya saat ini sedang ingin berada di rumah, ya memang seringkali ada suasana yang menurutku itu sangat kurindukan yang bermuasal dari kenakalan adik saya " Sari ". Terkadang ketika saya sedang asyik menonton TV, adik saya selalu merebut remotenya dan mengganti dengan channel film kartun.

Biasanya sore-sore begini, saya berdiskusi dengan ayah di teras (dego-dego), membahas tentang kekasih, tentang kuliah, tentang apa saja ahh campur aduk, tapi saya belum bisa mengalahkan kecerdasan ayahku dalam hal apapun, saya selau kalah debat, kalah istilah dan kalah segalanya, ya meskipun Ayahku pendidikannya hanya tingkat SMP tapi wawasannya jauh lebih luas. Pun ibuku hanya tertawa menenangkan adikku yang selalu cemburu denganku ketika saya dekat dengan Ayah. Sambil menunggu waktu maghrib untuk shalat berjamaa'ah, kami menghabiskan waktu senja di teras rumah.
Keindahan itulah yang tak pernah henti kurindukan, ketika jadwal kuliah padat dan kegiatan organisasi mengisi hari liburku hingga tak ada waktu untuk pulang..

Berada di rumah kadang juga sering membuat saya malas untuk keluar kemana-mana, rasanya seperti ada kenyamanan tersendiri yang di suguhkan oleh rumah.
Rumah tidak bisa tergantikan dengan tempat ter kita inginkan sekalipun, sebab pasti ada masanya kita rindu dengan kehangatan yang diberikan oleh suasana yang diberikan di dalam rumah.
Tapi setidaknya kamar sunyi ini mengajarkannku banyak inspirasi dan kemandirian dengan senja di balik jendela kaca.

Selasa, 17 Maret 2015

Belum Sempat

Hallo sahabat lucuku... Maaf Aku selalu lupa menepati janjiku untuk menelponmu, pesan yang kau kirim sering kuajak bercanda, padahal kau sedang serius. Lelaplah, di sela tidurmu nanti mungkin akan singgah seseorang yang kau cintai. Meski hanya sebatas detikan mimpi.

mungkin waktu itu air mata sudah membanjir tatkala kualahan kau seka.

Lalu kuterka tentangmu, sebab kini tak lagi kutemui sepasang mata yang menatap lebih ceria dari biasanya, ya mungkin kesedihan telah mendekam dalam di kantung mata, kini mengristal dan tak mampu lagi ditangiskan, Kesedihan itu meruncing tajam, seperti senjata yang memerangi pergolakan batinmu sendiri.

ya kau katakan " maaf " untuk tak bercerita lewat pesan singkat.
tapi percuma, jika harus menyalahi rasa sedih, dipendam sendiri pun sakitnya mulai menjadi-jadi. Cerita-cerita yang harusnya dibagi, membusuk tak berbau dilingkupi sunyi, telah hilang perbincangan kita dari hati ke hati. 

Dan aku masih yang sebentar-sebentar mendoakanmu, agar engkau lebih bahagia daripadaku sebab Aku tahu saat ini kau tak bisa menelan lelap dengan sekali pejam.

                                                                                              Untuk Litha :)
Maaf Aku belum sempat mendengar curhatanmu.

Bukan salah, bukan gagal, bukan sesal

Ini kisah beberapa bulan yang lalu (tepatnya bulan ramadhan) yang baru sempat Aku bagi di blog kecil ini 
ini tentang sahabatku yang masih mencoba mengerti arti kesetian dan ketulusan.. Entah !


malam tadi kembali Rani mendengar tangisan seorang perempuan meskipun hanya lewat telpon, tepatnya pukul 10 malam setelah pulang tarwih.
Rani sering melihat handphonenya tanpa melepas mukena yang dia pakai, dan  ada tiga panggilan tak terjawab, empat pesan baru. Rupanya dari seorang temannya bernama Pretty
" Ran_aku mau curhat, setelah kamu baca sms ku ini tolong misscall aku yah nanti aku yang telpon balik " membaca isi sms Pretty segera Rani melepaskan mukena ungunya dan ingin cepat mendengar curhatan temannya. Tapi Rani harus masuk ke kamar supaya tante dan Om nya tidak mendengar pembicaraan antara Rani dan temannya itu
******
Setelah sampai di dalam kamarnya, Ranipun mencoba untuk menghubungi Pretty
 “ Angkat dong Pretty “ rani mulai penasaran karena Pretty tak kunjung menganggakat telponnya
Beberapa kali rani menghubungi Pretty, tak ada jawaban, dia pun terdiam di kamarnya yg gelap itu karena dia sengaja tidak menyalakan lampu kamarnya. Tak lama kemudian Handphonenya berdering, rani langsung refleks mengangkatnya.
“ Astaga Prety kamu dimana sih? Aku hubungi nggak diangkat ? “ Hening
“ Prety ada apa ? Kamu kenapa sih ? Halo heii Prety kamu dengar suaraku kan ? “ Tak ada tanggapan
“ Prety halo prety ? “
Tiba-tiba terdengar suara isakan
“ Prety kamu nangis ? kenapa ? hei kamu dimana? Kamu nggak apa-apa kan ?
Suara tangis pecah diseberang telpon Rani
“ Prety please kamu kenapa ? Jangan nangis dong ! “ suara Rani awalnya panik dan penuh emosi kemudian melembut. Tapi masih saja terdengar suara isakan.
Entah kenapa kepala Rani tiba-tiba sakit, dadanya sesak, matanya berkaca-kaca, dia masih penasaran dan panik dengan keadaan temannya.
******
“ Sudah kamu tenang dulu, kalau perlu kamu minum air putih, nanti kalau sudah lega kamu baru deh cerita ke Aku apa yang terjadi “ Rani mencoba menenangkan Prety
“ DIA Jahat Ran, Aku nggak tahu salahku apa. “ dengan suara isak Pretypun mulai bercerita
“ kenapa setiap kali aku memiliki suatu hubungan selalu berakhir begitu saja, kali ini aku sudah berharap bisa serius tapi akhirnya lebih kacau, orang yang aku sayangi selama satu tahun lebih ternyata.... “
Rani menghela nafas, tubuh Rani berguncang mendengar cerita temannya yang penuh dengan air mata. Rani tidak pernah sebelumnya mendengar tangisan Pretty. Dan kali ini air mata Prety mungkin mengalir deras dipipinya.
Rani mulai tak fokus, pikirannya mulai aneh, membayangkan hal yang tidak-tidak, dia takut nanti dia juga akan menangis seperti temannya. Rani bungkam.
“ Rani coba bayangkan jika kamu berada diposisiku, disaat kamu mulai serius dengan seseorang, dan ternyata akhirnya hanya kekecewaan “ dulu kamu pernah bilang ke aku, Prety kamu harus berubah, kamu tidak boleh mempermainkan perasaan orang, cobalah serius, percuma juga kan kamu menjalani sebuah hubungan tanpa tujuan yang jelas “
“ lalu apa rani,???? ini yang aku dapat keseriusanku malah berbuah kesakitan, disaat aku berhasil berubah kenapa hanya penghianatan yang aku dapatkan, aku ingin seperti dulu Ran, yang tak pernah merasa tersakiti, bebas apa saja yang ingin ku lakukan tanpa air mata “
Rani pun bingung, tidak tahu apa yang ingin dikatakan mendengar ocehan Prety yang penuh emosi tapi menyedihkan.
“ Prety kamu nggak perlu menyesali apa yang pernah kamu lewati. Ambil pelajarannya “ dengan suara gemetar Rani mencoba menenangkan temannya
“ Rani aku sudah berubah, aku sudah berubah, aku sudah berubah.. tapi...” kembali suara tangis semakin riuh.
“ Aku gagal merengkuh orang yang sangat aku sayangi “
“ Prety dengar yah, cinta itu nggak pernah gagal, kamu gagal meraih cinta orang itu, tapi Allah masih menyiapkan cinta yang layak untukmu “ Rani berusaha meredam hati temannya yang mendidih
“ Prety aku salut sama kamu, harusnya kamu bangga karena kamu mampu menjadi pribadi yang lebih baik. Kamu tidak gagal, tidak gagal Prety . “ dengan sedikit perasaan takut Rani meyakinkan Prety
“ tapi nggak adil kan Ran rasanya. Kalau kita berjuang untuk cinta tapi akhirnya yang diperjuangkan menghianati kita “
Ranipun mulai tercekat, tak mampu bernafas penuh, dadanya sesak, Rani juga merasakan perih yang dirasakan temannya itu.
“ Sakit memang Prety, tapi kita harus sadar dan mampu belajar atas pengalaman pedih ini. Mampu belajar dari cinta. Kita harus yakin bahwa sang Maha Kuasa tetap disisi kita dan menyiapkan kisah lain yang lebih indah.

Ahh intinya Cinta tak pernah gagal membuat kita belajar dewasa dan mereguk bahagia setelah kepedihan menyayat hati.

Kikuk

pada diam, perempuan itu melemparkan kesah
meracik aksara-aksara kecil
di huruf yang gemetar tersimpan sepi puisi dan gelisah sunyi
sunyi tak beratur ini
seperti masih ingin mempermainkannya saja
sepi selalu tahu cara mendengungkan RASA
Ketika malam mati di langit tak ada bintang
gumpalan-gumpalan awan bergerak berat menyimpan hujan
Tik tok jam dinding, makin lama makin hening, sampai kapan ia bergeming?



17-03-2015