PENDEKATAN
HISTORIS DALAM PUISI
A.
PENDEKATAN HISTORIS
Sebelum
mengapresiasi puisi, sebaiknya kita mengetahui latar belakang dalam puisi
tersebut agar dalam proses pengapresiasian puisi dapat berjalan dengan baik.
Tentunya pula agar tujuan dan maksud dalam mengapresian puisi dalam tercapai.
Dalam mengapresiasi puisi haruslah terlebih dahulu menguasai seluk beluk
mengenai puisi tersebut. Memperbanyak pengetahuan tentang puisi merupakan salah
satu cara untuk menguasai puisi. Selain itu membacanya berulang-ulang juga
dapat membantu agar mempermudah dalam proses pemahaman. Puisi juga dapat dikaji
dari sudut-sudut kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari
waktu ke waktu puisi di tulis dan selalu di baca orang. Puisi berbeda dan
berubah sesuai zaman dan perkembangannya, sesuai dengan pencipta dan pembaca
atau penikmat sastra. Oleh karena itu pula pentingnya pendekatan historis dalam
pengapresiasian puisi. Dalam memahami proses historisnya banyak hal yang dapat
kita ketahui, baik dari segi kehidupan penulis, latar dan zaman pada masa
penulisnya itu sendiri. Dalam kegiatan mengapresiasi puisi unsur-unsur
kesejarahan dalam puisi, pendekatan yang dapat kita lakukan yaitu dengan
pendekatan historis.
Pendekatan
historis adalah suatu pendekatan yang menekankan pada
pemahaman pemahaman tentang biografi pengarang, peristiwa yang
melatarbelakangi terwujudnya karya sastra serta perkembangan kehidupan
penciptaan sastra itu sendiri dari zaman ke zaman. Pemahaman yang baik terhadap
puisi akan diperoleh dengan melakukan pendekatan historis. Dengan pemahaman
tersebut pula dapat membantu dalam proses pengapresiasian puisi.
Dalam
mengapreasiasi sastra dengan pendekatan historis terdapat ciri-ciri antara
lain:
a)
Berusaha memahami biografi pengarang.
b)
Berusaha memahami peristiwa sejarah yang
melatarbelakangi terwujudnya puisi.
c)
Berusaha memahami perkembangan puisi pada
suatu jaman.
B.
UNSUR-UNSUR KESEJARAN
DALAM PUISI
1.
Pengertian
Unsur Kesejarahan
Unsur-unsur
kesejarahan suatu puisi merupakan unsur-unsur yang bersangkutan atau
melatarbelakangi lahirnya suatu puisi. Unsur-unsur tersebut dapat berupa
peristiwa-peristiwa kesejarahan, kehidupan pengarang beserta segala
pemikirannya, serta perkembangan dan pandangan suatu zaman terhadap karya
sastra, termasuk didalamnya puisi.
Pemahaman
unsur-unsur kesejarahan puisi sangatlah penting, terutama untuk mengetahui
sejarah dibuatnya puisi tersebut. Adapun cara memahami puisi dengan pedekatan
pemahaman unsur-unsur kesejarahan suatu puisi disebut pendekatan historis.
2.
Hubungan
Antara Peristiwa Kesejarahan Dengan Gagasan dalam Suatu Puisi
Salah
satu jalan mengapresiasi puisi adalah dengan cara memahami peristiwa-peristiwa
kesejarahan yang melatarbelakanginya. Hal ini dimaksudkan agar pengapresiasian
puisi dapat lebih mendalam dan sesuai dengan gagasan atau maksud penulisan
puisi tersebut oleh sang penulis.
Peristiwa
kesejarahan dengan gagasan yang terdapat suatu puisi memiliki hubungan timbal
balik. Dengan kata lain, puisi dapat mengambil gagasan atau pokok pikiran
tentang masalah kehidupan suatu negara, suatu bangsa, dan masalah politik pada
suatu masa tertentu. Sedangkan disisi lain, puisi mampu menggambarkan kembali
peristiwa tersebut serta mampu mengabadikannya untuk masa kemudian.
Terdapat langkah-langkah
yang harus dilalui didalam memahami unsur kesejarahan puisi, diantaranya :
Ø Memahami
tahun, tanggal, atau bulan pembuatan puisi
Ø Peristiwa
apa yang terjadi pada tahun itu
Ø Memahami
peranan penyair dalam tahun itu
Ø Membaca
puisi secara keseluruhan
Ø Menghubungkan
peristiwa kesejarahan tersebut dengan gagasan dalam puisi
3.
Hubungan
Kehidupan Pengarang dengan Gagasan dalam Puisi
Puisi
merupakan buah cipta dari para pengarangnya. Oleh karena itu akan terdapat
hubungan yang sangat erat antara kehidupan seorang penyair dengan gagasan yang
terkandung dalam puisi yang diciptakannya. Hal ini dimungkinkan karena apa yang
dituangkan seorang penyair dalam sebuah puisi tentu saja telah melewati proses
pemikiran, perasaan dan menyentuh nilai-nilai yang diyakininya sebagai seorang
pribadi, sekalipun memang tidak semua puisi identik dengan kehidupan dan
karakter penyairnya, karena puisi mampu mencangkup dan menggambarkan sesuatu
yang sangat luas.
4.
Hubungan
Penciptaan Puisi dengan Pandangan Kesusastraan Pada Suatu Zaman
Pandangan
kesastraan pada suatu zaman, sangat mempengaruhi ide, gagasan dalam penciptaan
suatu puisi. Hal ini dapat dilihat dari adanya penamaan angkatan-angkatan
seperti pujangga baru, angkatan 66 angkatan 70 an, dimana setiap angkatan
memiliki puisi dengan ciri-ciri dan karakter tertentu, sebagai reaksi dari
pandangan kesastraan saat puisi-puisi tersebut dibuat.
Penciptaan
puisi sering kali dipengaruhi oleh pandangan tentang kesastraan pada suatu
zaman. Hal ini dibukutikan dengan adanya perbedaan antra puisi yang diciptakan
oleh Angkatan Pujangga Baru dengan puisi para sastrawan Angkatan ’45. Sutardji
Calzoum Bachri merupakan Angkatang Pujangga baru yang lebih dikenal dengan
sifat romantik. Angkatan Pujangga Baru lebih mengutamakan kedalaman rasa karena
bagi mereka puisi harus diciptkan dari rasa gemuruh yang paling dalam. Sikap
romatik tersebut juga tercermin dalam dalam mewujudkan gagasan penyair
sehubungan dengan masalah hidup dan kehidupan.
JEMBATAN
Oleh : Sutardji Calzoum Bachri
Sedalam-dalam sajak takkan mampu menampung airmata
bangsa.
Kata-kata telah lama terperangkap dalam basa-basi
dalam teduh pekewuh dalam isyarat dan kisah tanpa makna.
Maka aku pun pergi menatap pada wajah berjuta. Wajah
orang
jalanan yangberdiri satu kaki dalam penuh sesak bis kota.
Wajah orang tergusur. Wajah yang ditilang malang. Wajah legam
para pemulung yang memungut remah-remah pembangunan.
Wajah yang hanya mampu menjadi sekedar penonton etalase
indah di berbagai palaza. Wajah yang diam-diam menjerit
mengucap
tanah air kita satu
bangsa kita satu
bahasa kita satu
bendera kita satu !
Tapi wahai saudara satu bendera kenapa sementara jalan jalan
mekar di mana-mana menghubungkan kota-kota, jembatan-jembatan
tumbuh kokoh merentangi semua sungai dan lembah
yang ada, tapi siapakah yang akan mampu menjembatani jurang
di antara kita ?
Di lembah-lembah kusam pada puncak tilang kersang dan otot
linu mengerang mereka pancangkan koyak-miyak bendera hati
dipijak ketidak pedulian pada saudara. Gerimis tak ammpu
mengucapkan kibarnnya.
Lalu tanpa tangis mereka menyanyi padamu negeri airmata kami.
BIOGRAFI SUTARDJI CALZOUM BACHRI
Pria
kelahiran 24 Juni 1941 ini digelari ‘presiden penyair Indonesia’. Menurut para
seniman di Riau, kemampuan Soetardji laksana rajawali di langit, paus di laut
yang bergelombang, kucing yang mencabik-cabik dalam dunia sastra Indonesia yang
sempat membeku dan membisu setelah Chairil Anwar pergi.
Sutardji
Calzoum Bachri (lahir 1941 di Riau) adalah pujangga Indonesia terkemuka.
Setelah lulus SMA Sutardji Calzoum Bachri melanjutkan studinya ke Fakultas
Sosial Politik Jurusan Administrasi Negara, Universitas Padjadjaran, Bandung.
Pada mulanya Sutardji Calzoum Bachri mulai menulis dalam surat kabar dan
mingguan di Bandung, kemudian sajak-sajaknyai dimuat dalam majalah Horison dan
Budaya Jaya serta ruang kebudayaan Sinar Harapan dan Berita Buana.
Dari
sajak-sajaknya itu Sutardji memperlihatkan dirinya sebagai pembaharu perpuisian
Indonesia. Terutama karena konsepsinya tentang kata yang hendak dibebaskan dari
kungkungan pengertian.
Pada
musim panas 1974, Sutardji Calzoum Bachri mengikuti Poetry Reading
International di Rotterdam. Kemudian ia mengikuti seminar International Writing
Program di Iowa City, Amerika Serikat dari Oktober 1974 sampai April 1975.
Sutardji juga memperkenalkan cara baru yang unik dan memikat dalam pembacaan
puisi di Indonesia.
Kalau
berbicara soal gaya dan pembawaan bersajak, Sutardji tetaplah Sutardji. Edan,
namun bermakna dalam. ”Setiap orang harus membuat sidik jarinya sendiri,
karakternya sendiri. Biar tak tenggelam dan bisa memberi warna,” kata pengklaim
diri Presiden Penyair Indonesia ini.
Gayanya
yang jumpalitan di atas panggung, bahkan berpuisi sambil tiduran dan tengkurap,
seperti telah menempel menjadi trade mark Sutardji. ”Aku tak pernah main-main
sewaktu membikin sajak, aku serius. Tapi, ketika tampil aku berusaha apa
adanya, santai namun memiliki arti,” katanya.
Kronologis
Hidup dan Kesenimanan
·
1941 Juni : Lahir di Rengat, Riau.
·
1947 : Masuk sekolah rakyat dan selesai
tahun 1953 di Bengkalis-Pekanbaru
·
1956 :Menyelesaikan Sekolah Menengah
Pertama Negeri di Tanjungpinang, Riau - Kuliah di Fakultas sastra Inggris
Universitas Padjadjajaran Bandung selama satu tahun di Fakultas Sosial Poitik
Jurusan Administrasi. Universitas Padjadjajaran Bandung sampai Doktoral II
namun tidak menyelesaikan skripsi kesarjanaan karena sudah tertarik denganpenulisan
kreatif.
·
1970an Kumpulan puisi O di terbitkan oleh
Yayasan Indonesia.
Kumpulan
puisi amuk diterbitkan oleh Yayasan Karyawan Taman Ismail Marzuki
Hadiah
buku terbaik Dewan Kesenian Jakarta namun Sutardji menolaknya karena
penjuriannya dianggap tidak serius.
·
1973 :Mengeluarkan kredo kepenyairan yang
ingin melepaskan kata dan beban penyampaian makna.
·
1974 Mengikuti International Poetry
Reading Rotterdam. Oktober sampai dengan April 1975 mengikuti International
Creative Writing Program Lowa City,USA.
·
1979 Menerima Anugrah Sastra Asia
Tenggara (South East Asia Write Award) dan satu srikit Thailand. Menerima
penghargaan Sastra Kabupaten Kepulauan Riau oleh Bupati Kepulauan Riau.
·
1980 Antologi 0, Amuk, Kapak buku dari
tiga kumpulan puisi, penerbit Puasa Sinar Harapan Jakarta.
·
1982 November, menikah dengan
Meriam Linda dan memperoleh seorang anak Mila Seraiwangi
·
1990an Menerima Anugrah Seni Pemerintah
Republik Indonesia oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Menerima Anugrah
Sastra Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia Jakarta
·
.1998 Menenima Anugrah Sastra Dewan
Kesenian Jakarta.
·
1999 Sampai sekarang mengasuh rubric
budaya bulanan ?Bentara? di Harian Kompas dan redaktur senior Majalah Sastra
Honison
·
2001 Buku kumpulan cenita Pendek ?Hujan
Menulis Ayam? diterbitkan oleh Indonesiatera
Selain itu Sutadji Calzoum Bachri sering diundang membacakan sajak-sajaknya
dibeberapa kota dunia dan membawa nama Riau dalam setiap pembacaan puisinya
antara Lain di Rotterdam Belanda, Lowa City USA, Medeliin Colombia, Singapura
dan Kuala Lumpur Malaysia.
·
Sekarang Sutardji Calzoum Bachri menetap
di Jakarta dan tunak mengabdikan diri pada dunia seni.
LATAR BELAKANG TERCIPTANYA PUISI “
JEMBATAN ”
Pengalaman
nyata Sutardji ini didapat di Jakarta, karena identik dengan keramaian bisa
kota dan jua etalase-etalase indah di berbagai plaza. Maka dari itu,
pengalamannya didapatkan di kota besar, dan kemungkinan di Jakarta.
Ketidaksempurnaan apa yang melekat dalam rakyat Indonesia? Ialah
ketidaksempurnaan yang bukan datang dari diri sendiri, tapi dari luar. Bisa
saja, orang-orang yang sedang berjuang, berdesakan dan bersaing sebenarnya
dibohongi oleh pemerintah. Rakyat-rakyat jelata berusaha sekuat tenaga bekerja
mencari uang, tapi sebenarnya mereka hanya budak kapitalisme.
Dalam
puisi ini, Sutardji tidak mementingkan permainan kata yang diotak-atik sehingga
terkesan bagus dan memiliki daya sastra yang luar biasa. Sutardji hanya
menggunakan kata-kata apa adanya. Seperti dalam bait kedua dari puisi tersebut,
waktu Sutardji seakan-akan sedang berjalan-jalan dan meliihat-lihat wajah yang
kian banyak. Kata-katanya dalam pengalaman menemui banyak wajah itu,
seperti kata-kata yang menampilkan apa adanya.
Sedalam-dalam sajak takkan mampu
menampung airmata
bangsa. Kata-kata telah lama terperangkap
dalam basa-basi
dalam ewuh pekewuh dalam
isyarat dan kilah tanpa makna.
Sutardji
membuat sajak yang isinya malah tak percaya lagi pada sajak yang dapat
menampung air mata bangsa. Dia membuat sajak dari kata-kata, yang isinya malah
melemahkan kekuatan sajak dan kata-kata itu sendiri. Dalam bait pertama ini,
Sutardji sudah memulainya dengan hal yang puncak. Artinya, sebenarnya bait awal
ini merupakan sebuah proses dari hal yang sangat panjang. Proses perjalanan
Sutardji sebagai penyair yang memainkan kata-kata, dan ternyata dia malah
menemukan hasil yang meruntuhkan dirinya sendiri sebagai penyair. Dia sadar
bahwa selama ini sajak-sajak yang telah ia buat, dan bahkan segala sajak yang
telah dibuat oleh tiap penyair tentang bangsa, semuanya omong kosong. Tidak ada
yang benar benar bisa menampung air mata bangsa. Bait pertama ini adalah sebuah
hasil dari perjalanan yang panjangnya sebagai penyair.
Pada
bait kedua kesedihannya karena putus asa dalam kata-kata tentang Indonesia
malah ditambah dalam pengalaman yang nyata dalam Indonesia. Coba lihat dalam
bait kedua, wajah-wajah seperti apa yang Sutardji temui. Sutardji selalu
menemui wajah-wajah yang tidak bahagia, yang penuh dengan derita dan siksa.
Itulah sebenarnya pengalaman mata hati yang Sutardji temui.
PERKEMBANGAN PUISI “ JEMBATAN ” PADA
ZAMAN
Puisi
ini dibuat pada tahun 1998. Berarti sudah 14 tahun yang lalu. Tetapi menurut
saya puisi ini tetap actual sampai sekarang. Bukan dari sudut pandang waktu
yang memakannya, tapi dari isi permasalahan yang puisi ini bawa. Isi puisi ini
masih aktual sampai sekarang. Karena dalam puisi ini mempermasalahkan tentang
beberapa hal. Pertama tentang sajak dan kata-kata yang dipakai segala penyair
dari dulu sampai sekarang untuk menggambarkan permasalahan bangsa. Kemudian
tentang kondisi rakyat Indonesia. Kemudian tentang permasalahan kesatuan rakyat
Indonesia. Dan akhirnya tentang orang yang dapat menjaga kesatuan Indonesia.
Pada
permasalahan yang pertama, Sutardji menggambarkan ketidakpuasan dan
keputusasaan terhadap kata-kata dan sajak yang ingin menampung air mata bangsa.
Sungguh, sangat banyak sajak-sajak dan puisi yang berusaha menampung air mata.
Bahkan seperti puisi dari chairil anwar, sapardi joko damono, wiji tukul, ws
rendra dan lainnya. Banyak sekali para sastrawan yang mencoba menampung air
mata bangsa dalam sajaknya, tetapi kata Sutardji malah kata-kata itu sudah tak
mungkin bisa menampung air mata bangsa. Jadi disini, Sutardji mencoba
mematahkan segala usaha para penyair dari dulu yang bahkan sudah terkenal. Dan
memang, sebanyak-banyaknya kata-kata tentang air mata bangsa, hal itu tak akan
mengubah bangsa, bahkan menampung air matanya pun tidak bisa.
Kemudian
yang keduanya ialah kondisi masyarakat Indonesia. Masyarakat dalam puisi ini
sangat menggambarkan kondisi masyarakat yang sekarang. Tentang orang-orang
kecil yang berada dalam kapitalisme yang megah, kesenjangan sosial yang kian
meraja lela. Yang kemudian pada akhirnya, seluruh rakyat Indonesia sebenarnya
telah lupa bahwa mereka itu satu, satu bangsa. Kelupaan ini sebenarnya terjadi
dalam keseharian kita. Kita telah biasa dengan rutinitas, kita sibuk dengan
kerjaan dan mengejar impian. Lama kian lama kita telah kehilangan rasa kesatuan
sebagai satu warga Negara, tetapi kita tetap satu warga Negara secara
yurisdikatif. KTP kita berwarga Negara Indonesia, tapi adakah kita merasa
Indonesia? Perasan kesatuan itulah yang sangat ditekankan oleh Sutardji, dan
hal perasaan kesatuan Indonesia itu yang memang menjadi hal sangat penting
sekarang. Itu adalah salah satu syarat nyata agar Indonesia bisa lebih maju
sekarang, bahkan hal itu bila dilupakan terus menerus, Indonesia akan hancur
dengan sendirinya. Itulah permasalahan ketiga yang tetap actual dari dulu
sampai sekarang.