Sabtu, 07 Juni 2014

Tak Ingin Terjadi

Sebelumnya aku heran kenapa hari ini dia cuek ketika laju motor temanku yang ku tumpangi semakin pelan lewat tepat di depannya, dia tetap saja sibuk dengan smartphone kesayangannya itu duduk di ujung teras kampus.

aku juga heran kenapa orang-orang melihatku, padahal tidak ada yang aneh menurutku hari ini. Aku lihat sepatuku, rok, kemeja, hingga jilbab warna biruku ini, tidak ada yang salah.

Kemudian langit juga berubah menjadi mendung, nampaknya hujan deras akan datang. Aku turun dari motor merah temanku, segera melangkah menuju sosok laki-laki yang aku pikir sangat cuek untuk hari ini, tidak seperti biasanya ketika aku lewat di depannya, senyumnya selalu mengembang untukku.
Aku semakin mendekat tapi sosokknya semakin samar, tadinya dia memakai kaos coklat, sekarang penglihatanku dia memakai kaos abu-abu. Aku makin keheranan. Aku mulai disergap ketakutan dan tidak meneruskan langkahku, dia semakin samar. Apa yang terjadi dengan penglihatanku. Entahlah.
Tiba-tiba dia menoleh seperti memanggilku, mengeja namaku tapi tak kudengar suaranya sedikit pun.
Tak cukup kuat menahan kekhawatiran ini, semakin bingung tapi aku berusaha mencoba kembali untuk melangkah mendekatinya.
“ Kak ..... ” dari kejauhan aku memanggil namanya
“ Ratna ” Sayup suaranya sudah bisa aku dengar memanggilku, aku bisa melihat jelas gerak bibirnya,, aku berlari ingin segera sampai di dekatnya dan merengkuhnya.
Kembali heran menggerogotiku, dia berdiri memberi isyarat untuk tak mendekatinya, dia berjalan menujuku. Dengan penuh rasa yang tak aku tahu ditambah debar jantung semakin kencang. Dia mendekat, dengan cepat sampai di hadapanku, semakin dekat hingga hembusan nafasnya pun dapat menyentuhku.
“ ini untukmu “ sebuah persegi panjang dengan pita di ujung siku yang aku lihat seperti undangan.
“ ini apa?? “ tanyaku dengan suara yang gemetar.

Hangat.. ternyata aku sudah berada dalam pelukannya berharap akan tetap seperti ini. Dengan pelan ku buka undangan yang dia berikan dengan pelukan semakin erat. Ku baca di sampul undangan Ratna Sari di tempat. Undangan untukku. Dibelakangnya ku buka sedikit demi sedikit persegi panjang hijau yang designnya begitu cantik.

“ Astaga ” kagetku setelah membaca isi undangan yang dia berikan, aku berontak melapaskan pelukannya yang tadinya begitu nyaman.
Pada kutipan yang aku baca itu, aku mulai terisak dengan sesak dada yang semakin susah untuk bernafas.
Ini hal yang membuatku seperti disengat listrik dan memutuskan untuk berhenti membaca undangan itu. Undangan bertuliskan namanya dengan seorang perempuan yang tak bisa ku baca.
Aku menatapnya sambil menyeka air mata yang semakin derasnya mengalir di pipiku. Tak ada ucapan sedikitpun yang mampu aku katakan, mulutku seakan membisu tak mampu berkata apa-apa.
“ maaf aku tak bisa bersamamu “ dia meraih tanganku, terasa disela-sela jarinya terdapat silet-silet tajam.
Tiba-tiba semua semakin gelap kemudian terang menyergap seketika

“ Ratna Ratna Ratna bangun bangun, waktunya shalat shubuh “
Hahahahahahhahaha ternyata hanya mimpi